Jumat, 01 April 2011

studi sosial ekonomi pembangunan perkebunan kelapa sawit diprovinsi riau (kasus perusahaan PT. sari lembah subur kabupaten pelalawan

STUDI SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI RIAU
(KASUS PERUSAHAAN PT. SARI LEMBAH SUBUR KABUPATEN PELALAWAN)


A. Latar Belakang
Perekonomian suatu daerah yang dimasuki oleh suatu investasi besar sudah bisa dipastikan akan berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat di beberapa daerah yang menjadi lokasi perusahaan besar seperti di daerah Riau yang berkembang pesat melalui investasi perusahaan perkebunan, pulp and paper, perusahaan HPH, dan lain-lain.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan sebagai penghasil minyak kelapa sawit (CPO- crude palm oil) dan inti kelapa sawit (CPO) yang merupakan salah satu sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Perkembangan sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif. Kemudahan dalam investasi perkebunan kelapa sawit terlihat dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR-Bun dan dalam perijinan pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.
Dukungan kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat diberikan sejak tahun 1980-an semakin memacu pengembangan ekonomi wilayah dan merubah peta pengusahaan perkebunan kelapa sawit, dan merubah sikap Perusahaan Besar Negara (PBN) dan Perusahaan Besar Swasta (PBS) sehingga lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dampak perkembangan sub-sektor perkebunan secara nyata telah memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Riau. Pada tahun 2001 kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan regional Riau sebesar 14,87% dan meningkat menjadi 16,92% pada tahun 2006, dengan pertumbuhan sektor pertanian mencapai 6,42% pada periode 2001-2006 berdasarkan PDRB Riau termasuk minyak dan gas pada harga konstan tahun 2000. Sedangkan peningkatan pertumbuhan sektor industri
pengolahan dari 9,17% menjadi 10,21% pada periode 2001-2006.

Tentunya perkembangan sektor industri pengolahan ini memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan sektor pertanian khususnya perkembangan industri pengolahan minyak kelapa sawit. Berdasarkan data BPS Riau 2007, luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau sampai tahun 2006 mencapai 1,53 juta hektar. Sedangkan berdasarkan data Departemen Pertanian RI, luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 1,623,458 ha pada tahun 2008, atau 23,2% dari total luas areal perkebunan kelapa sawit nasional. Berdasarkan data Departemen Pertanian RI pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia sebesar 11,35% per tahun, sedangkan pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit Riau justru lebih tinggi, yaitu mencapai 11,95% per tahun. Dirjenbun mencatat sampai akhir 2003 sebanyak 55,99% dari luas areal perkebunan kelapa sawit Riau merupakan perkebunan rakyat. Perkembangan perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi Riau mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai tahun 2000, menggungguli luas areal perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan besar swasta dan negara. Kategori perkebunan kelapa sawit rakyat meliputi kebun plasma yang dikembangkan melalui pola PIR-Sus, PIRTrans, dan KKPA, serta kebun swadaya murni dan kebun yang didanai melalui bantuan pemerintah daerah secara parsial.
Secara makro tantangan pengembangan perkebunan kelapa sawit juga muncul dari berbagai unsur. Booming perkebunan kelapa sawit telah menjadikan minat investasi pada pembangunan perkebunan kelapa sawit semakin tinggi karena bidang agribisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu peluang bisnis yang prospektif. Namun, pembangunan perkebunan kepala sawit juga merupakan salah satu investasi yang mendapat tantangan dan hambatan dengan isu-isu yang menyertainya baik bersifat lokal maupun global. Tantangan utama pembangunan perkebunan kelapa sawit kedepan adalah tuntutan stakeholders untuk membangun sistem industri minyak sawit berkelanjutan (Sustainable Palm Oil/SPO), seperti isu-isu global warming, konservasi dan perlindungan keanekaragaman hayati serta alih fungsi lahan, tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR), dan isu-isu lainnya. Pengelolaan Isu-isu tersebut menuntut perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk melakukan good practices agriculture dan terus melakukan efisiensi melalui intensifikasi dengan meningkatkan produktivitas dengan tetap memperhatikan keberlanjutan.
Permasalahan pengembangan perkebunan kelapa sawit pada tingkat mikro dan meso masih juga dihadapi oleh perusahaan perkebunan, seperti ganti rugi tanah pada areal pengembangan kelapa sawit yang sering muncul karena tidak dibayar dengan harga yang adil dan pantas. Penyerobotan (pencaplokan) lahan masyarakat adat oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit juga sering menimbulkan permasalahan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat. Permasalahan ini cenderung berlanjut sampai perusahaan perkebunan tersebut beroperasi, yang memunculkan adanya klaim lahan oleh masyarakat setempat terhadap areal perkebunan kelapa sawit yang sedang/telah dibangun. Berbagai permasalahan ini menyulut permasalahan konflik sosial yang berkepanjangan dan sangat merugikan semua pihak, terutama masyarakat yang mengalami dampak negatif akibat pembangunan perkebunan kelapa sawit, sehingga biaya sosial yang harus dikeluarkan menjadi sangat tinggi. Konflik sosial yang terjadi akhirnya menjadi sumber risiko dan ketidakpastian bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Diperkirakan sumbangan industri kelapa sawit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 4,5%, dan mampu menyediakan lapangan kerja untuk 3,3 juta kepala rumah tangga. Sejak awal pembangunan perkebunan diyakini dapat menjadi sumber pertumbuhan dan kesejahteraan penduduk Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia merupakan produsen CPO nomor satu dunia setelah Malaysia, dan juga merupakan negara dengan share ekspor CPO terbesar di pasar dunia. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) adalah komitmen bisnis untuk berkonstruksi dalam pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Eksploitasi sumberdaya alam (lahan) oleh perusahaan perkebunan dapat mengakibatkan terhambatnya hak-hak masyarakat sekitar untuk memanfaatkan sumberdaya sekitarnya secara maksimal untuk peningkatan kualitas hidup. Untuk itu, pola pengembangan perkebunan rakyat melalui pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR), KKPA, dan pola kemitraan lainnya merupakan solusi untuk mengeliminasi kesenjangan sosial dan ekonomi antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat sekitar. Keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit semakin menjadi penting karena perkebunan kelapa sawit rakyat yang dikembangkan melalui pola swadaya murni semakin tumbuh dan menjadi unsur penting dalam jejaring bisnis kelapa sawit, karena pada dasarnya perkebunan rakyat telah menjadi pamasok (supply chain) bagi pabrik kelapa sawit yang dimiliki perusahaan kepala sawit.
Hubungan perkebunan rakyat dan perusahaan perkebunan semakin penting posisinya dalam analisis keterkaitan bisnis. Untuk itu, perusahaan perkebunan sudah selayaknya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar untuk mengeliminasi dampak sosial dan ekonomi negatif yang mungkin muncul. Untuk itu, perlu pemahaman yang konkrit dan nyata terhadap kondisi sosial dan ekonomi perkebunan rakyat disekitar perusahaan perkebunan, untuk menggambarkan dampak positif dan negative pembangunan perusahaan perkebunan bagi petani mitra dan masyarakat sekitar. Pemahaman kondisi riil terhadap keadaan sosial dan ekonomi ini diperlukan untuk menyusun implementasi tanggung jawab sosial yang sistematis dalam bentuk community development melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat agar dampak negatif pembangunan perkebunan yang menghambat terpenuhinya hak-hak masyarakat sekitar perusahaan dapat dihindari.

C. Tujuan
Secara umum tujuan kajian ini adalah mengkaji secara holistik dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Sari Lembah Subur, Kabupaten Pelalawan, Riau. Tujuan spesifik kajian ini adalah:
1. Menganalisis kekayaan rumah tangga petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan,
2. Menganalisis tingkat pemerataan pendapatan petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan,
3. Menganalisis kualitas hidup petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan,
4. Menganalisis kesinambungan ekonomi dan sosial dari pembangunan perkebunan petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan,
5. Menganalisis pergerakan perkembangan sosial dan ekonomi petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan.

D. Keluaran
Keluaran/ouput yang diharapkan dari kajian ini adalah:
1. Laporan kajian yang menggambarkan secara holistik tentang kondisi sosial ekonomi petani kelapa sawit plasma binaan dan petani kelapa sawit rakyat di sekitar perusahaan,
2. Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan semua elemen masyarakat tentang dampak pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat,
3. Rekomendasi pembinaan terhadap petani plasma dan pengembangan masyarakat petani pekebun kelapa sawit rakyat di sekitar perusahaan.

E. Metode Kajian
E.1. Lokasi Kajian
Kajian sosial dan ekonomi pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat ini dilaksanakan di desa-desa sekitar wilayah PT. Sari Lembah Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia.
E.2. Jangka Waktu Kajian
Kajian sosial dan ekonomi pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat ini dilaksanakan di desa-desa sekitar wilayah PT. Sari Lembah Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, mulai dari perencanaan sampai pada penyampaian laporan.
E.3. Ruang Lingkup Kajian
Kajian sosial dan ekonomi pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat ini dilaksanakan di desa-desa sekitar wilayah PT. Sari Lembah Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau ini meliputi kegiatan survey sosial dan ekonomi masyarakat, dengan serangkaian tahapan kegiatan pengumpulan data informasi, yaitu:
1. Menganalisis kekayaan rumah tangga petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, yang meliputi:
a. Struktur dan distribusi penguasaan aset rumah tangga,
b. Produktivitas kebun kelapa sawit,
c. Produktivitas tenaga kerja rumah tangga,
d. Tingkat pendapatan dan sumber-sumber pendapatan,

2. Menganalisis tingkat pemerataan pendapatan petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, dengan analisis distribusi dan ketimpangan pendapatan rumah tangga.
3. Menganalisis kualitas hidup petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, yang meliputi:
a. Peluang dan kesempatan kerja rumah tangga petani,
b. Proporsi pengeluaran untuk pangan dan non pangan,
c. Kondisi pendidikan anggota rumah tangga petani,
d. Kondisi perumahan yang dihuni petani,
e. Kondisi kesehatan petani dan anggota rumah tangga,

4. Menganalisis kesinambungan ekonomi dan sosial dari pembangunan perkebunan petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, dengan menganalisis kelembagaan petani dan perusahaan dalam menjamin kelangsungan usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan petani.
5. Menganalisis pergerakan perkembangan sosial dan ekonomi petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, dengan memperhatikan aspek-aspek yang mendukung pada perbaikan ekonomi dan sosial petani.
E.4. Sampel Kajian
Sampel pada kajian ini adalah petani kelapa swit plasma binaan PT. Sari Lembah Subur, di Kabupaten Pelalawan, dan petani kelapa sawit pola swadaya murni dan pola kemitraan non PIR (KKPA) disekitar perusahaan. Sampel ditentukan secara purposive random sampling dengan kriteria adalah petani kelapa sawit yang memiliki tanaman kelapa sawit dengan umur minimal 8 (delapan) tahun.
E.5. Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei dengan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan. Informasi dari data primer dan sekunder yang dikumpulkan diperkuat dengan survei non-peluang dengan cara observasi, wawancara mendalam (indept interview), dan cara-cara lain yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
E.6. Analisis Data
Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasi, dianalisis, dan diinterpretasi sehingga diperoleh “potret” yang tepat mengenai kondisi petani kelapa sawit yang diteliti. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan didukung dengan data-data kuantitatif. Pendekatan kuantitatif akan memberikan gambaran dan hubungan terukur antara variabel yang diteliti. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan dan melengkapi segala kekurangan dari pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut, diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi.
Menganalisis kekayaan rumah tangga petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan.
1. Kekayaan rumah tangga petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, dianalisis secara deskriptif yang meliputi:
a. Struktur dan distribusi penguasaan aset rumah tangga,
b. Produktivitas kebun kelapa sawit yang diukur dari produktivitas Tandan Buah Segas (TBS) per hektare luas lahan (ton/ha),
c. Produktivitas tenaga kerja rumah tangga yang diukur dari jumlah pendapatan rumah tangga dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga per periode waktu tertentu (Rp/kapita/bulan),


Keterangan:
produktivitas tenaga kerja,
∑Y = jumlah pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit,
AK = jumlah anggota rumah tangga petani kelapa sawit.

d. Tingkat pendapatan dan sumber-sumber pendapatan, dengan mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit dan besaran pendapatan rumah tangga per periode waktu tertentu (Rp/bulan).

2. Menganalisis tingkat pemerataan pendapatan petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, dengan analisis distribusi dan ketimpangan pendapatan rumah tangga, dengan analisis
a. Menganalisis kontribusi sumber-sumber pendapatan terhadap ketimpangan pendapatan total dengan menggunakan Koefisien Variasi dengan menggunakan rumus koefisien variasi (Adam and Jane, 1995):


keseluruhan ketimpangan (koefisien variasi sumber pendapatan ke-i).
Koefisien variasi total pendapatan (CV) dan sumber pendapatan ke-i (CVi) dapat juga diperoleh dengan formulasi sebagai berikut:
dimana  standar deviasi sumber pendapatan, dan i adalah koefisien korelasi sumber pendapatan ke-i terhadap total pendapatan.

b. Menganalisis ketimpangan pendapatan total rumah tangga petani karet dengan menggunakan Koefisien Gini, dengan menggunakan formulasi:

keterangan :
G : Angka Gini Coefficient
fi : Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas-i
Yi : Proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas ke-i
Menurut H.T Oshima dalam Widodo (1990) kriteria ketimpangan adalah sebagai berikut :
• Gini coeffisien  0,3, berarti tingkat ketimpangan rendah
• Gini coeffisien antara 0,3 – 0,4, berarti ketimpangan sedang
• Gini coeffisien  0,4, berarti ketimpangan tinggi
Koefisien Gini selanjutnya didekomposisi untuk mengetahui sumber pendapatan mana yang memiliki kontribusi besar terhadap terjadinya ketimpangan pendapatan. Dekomposisi koefisien gini dengan cara menganalisis: , dimana wigi adalah faktor penimbang ketimpangan dari sumber pendapatan ke-i terhadap ketimpangan keseluruhan pendapatan, gi adalah koefisien konsentrasi Gini relatif dari sumber pendapatan ke-i terhadap ketimpangan keseluruhan pendapatan, dan Ri adalah koefisien korelasi.

3. Menganalisis kualitas hidup petani plasma binaan dan petani kelapa sawit
sekitar perusahaan, yang meliputi:
a. Peluang dan kesempatan kerja rumah tangga petani, yang diidentifikasi dari
keragaman usaha yang dilakukan oleh rumah tangga petani yang memberikan
pendapatan,
b. Proporsi pengeluaran untuk pangan dan non pangan, dianalisis dari proporsi
total pendapatan dengan pengeluaran pangan dan pangan, dengan analisis.
c. Kondisi pendidikan anggota rumah tangga petani,
d. Kondisi perumahan yang dihuni petani,
e. Kondisi kesehatan petani dan anggota rumah tangga,

4. Menganalisis kesinambungan ekonomi dan sosial dari pembangunan perkebunan petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, dengan menganalisis kelembagaan petani dan perusahaan dalam menjamin kelangsungan usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan petani.
5. Menganalisis pergerakan perkembangan sosial dan ekonomi petani plasma binaan dan petani kelapa sawit sekitar perusahaan, dengan memperhatikan aspek-aspek yang mendukung pada perbaikan ekonomi dan sosial petani, dengan analisis. Analisis dampak merupakan analisis terhadap kemampuan pembangunan perkebunan kelapa sawit untuk mendorong terbangunnya efisiensi dan efektivitas bagi kesejahteraan rumah tangga petani. Efisiensi dan efektivitas merupakan produktivitas yang dicapai setelah pembangunan kebun kelapa sawit dilaksanakan, sebagai konsekwensi dari seluruh rangkaian proses pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit yang dilaksanakan. Artinya pembangunan perkebunan kelapa sawit harus mengandung muatan yang mendorong produktivitas kehidupan bersama rumah tangga petani, karena produktivitas tercapai jika efisiensi dan efektivitas tercapai. Pemahaman produktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit untuk peningkatan kesejahteraan petani digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Analisis Dampak Pembangunan Perkebunan terhadap
Kesejahteraan Petani

Analisis dampak pembangunan perkebunan kelapa sawit yang demikian merupakan analisis yang membandingkan kondisi sebelum pembangunan dilaksanakan (preliminary condition) dengan sesudah pembangunan perkebunan kelapa sawit (current condition). Instrumen dampak yang diukur dalam kajian ini adalah keseluruhan aspek kehidupan yang meliputi aspek ekonomi dan aspek sosial, sebagai ukuran kesejahteraan rumah tangga.
Secara praktis ukuran-ukuran terhadap kondisi sebelum dan sesudah dihitung dengan vektor. Garis vektor akan menggambarkan pergeseran (movement) keadaan sebelum ke sesudah pembangunan perkebunan kelapa sawit sebagai gambaran keberhasilan dengan VPA (Vectorial Project Anlysis). Analisis vector ini menggambarkan keberhasilan pembangunan perkebunan kelapa sawit petani dengan mengembangkan dua variabel penting yaitu variabel internal yaitu mindset development (pola pikir masyarakat atas kondisi awal dan akhir) dan variabel eksternal yaitu livelihood development sebagai variabel dampak program bagi rumah tangga petani kelapa sawit.
Analisis dampak pembangunan perkebunan kelapa sawit bagi rumah tangga petani akan mengembangkan variabel-variabel yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pembangunan perkebunan yaitu kesejahteraan rumah tangga petani. Aspek penting yang diberdayakan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit adalah pembangunan ekonomi rumah tangga petani kelapa sawit. Dengan demikian analisis VPA dalam memahami pergerakan perubahan tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit akan dilakukan sebagai berikut:
1. Menganalisis pergerakan perubahan kondisi ekonomi petani kelapa sawit sebelum dan saat ini dengan indikator: pendapatan, kesempatan bekerja dan berusaha, proporsi pengeluaran pangan dan non pangan, luas areal kebun kelapa sawit yang dimiliki.
2. Menganalisis pergerakan perubahan kondisi sosial rumah tangga petani kelapa sawit dari kondisi awal mindset (pola pikir) dalam peningkatan sumberdaya manusia setelah pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan indikator: aktivitas dalam kelembagaan petani dan sosial, kebiasaan menabung, kepercayaan diri, tingkat pendidikan, kesetaraan jender, dan penguasaan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar